Sabtu, 16 November 2013

Topeng Sebagai Karya Seni Tradisional Bali



Topeng sebagai bentuk karya seni tradisional di Bali lebih dikenal dengan sebutan tapel. Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan hindu. Topeng ini umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang mengambarkan watak marah, ada yang menggambarkan watak lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.
Topeng Bali_frm
Di Bali topeng bukan hanya sekedar seni tari belaka, tetapi topeng juga menjadi suatu keharusan dalam ritual keagamaan karena itu sering juga disebut dengan topeng wali. Topeng berarti penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kain atau bahan lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda. Dari yang berbentuk wajah dewa-dewi, manusia, binatang, setan dan lain-lainnya. Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad.
tapel2
Di Bali, sentra pemahat topeng, salah satunya terletak di Kabupaten Gianyar tepatnya di Banjar Puaya Desa Batuan Kecamatan Sukawati, Gianyar. Sebagian besar masyarakat Puaya hidup sebagai pembuat tapel. Seiring perkembangan zaman, memang dirasa bahwa seni topeng yang ada di Bali, yang terus berjalan dan berkembang, berubah sejalan dengan perubahan nilai-nilai artistik, sosial, dan kultural dari masyarakat Bali. Sehingga tak heran, saat ini banyak bermunculan seni topeng kontemporer dan juga topeng sebagai pajangan. Namun di Puaya, masyarakatnya tetap memegang pakem-pakem yang telah ada secara turun-temurun dalam membuat topeng.
Bahan baku yang umum digunakan oleh para pengrajin di Puaya adalah kayu. Dalam pemilihan jenis kayu untuk pembuatan topeng, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan para pemahat topeng seperti jenis topeng yang akan dibuat, diameter kayu, warna kayu, tekstur kayu, dan lain sebagainya.  Jenis kayu yang ditemukan di lapangan yang digunakan untuk bahan topeng adalah sebanyak lima jenis kayu. Jenis-jenis kayu tersebut adalah pulai (Alstonia sholaris (L.) R.Br.), kamboja putih (Plumeria acuminata), dan bentawas (Wrightia calycina), serta ada juga yang menggunakan panggal buaya (Zanthoxylum rhetza) dan jempinis (Melia azedarach L.) Pohon pulai atau Alstonia scholaris (L.) R. Br. tergolong ke dalam bangsa Gentianales dan suku Apocynaceae. Pohon pulai berukuran sangat besar dan biasanya hanya tumbuh di area-area tertentu seperti kuburan. Pulai dapat mencapai tinggi 40 meter dengan batang tegak, bergetah, kulit bagian luar berwarna coklat keabu-abuan, beralur, dan mengelupas.
Kamboja putih, Plumeria acuminate juga tergolong ke dalam bangsa Gentianales dan suku Apocynaceae. Pohon kamboja putih dapat mencapai tinggi 6 meter, hanya saja untuk pohon yang tumbuh di area suci sangat jarang ditemui yang berukuran besar sehingga pohon ini jarang digunakan sebagai bahan baku ukiran topeng. Kamboja putih memiliki batang bengkok, bergetah, kulit batang bagian luar berwarna coklat, retak-retak dan rapuh.
Pohon bentawas (Wrightia calycina) tergolong ke dalam bangsa Gentianales dan suku Apocynaceae. Pohon ini dapat mencapai tinggi 15 meter dengan batang bulat, kulit bagian luar berwarna coklat, beralur dangkal, dan mengelupas. Menurut informasi dari para pemahat, bentawas cukup sulit ditemukan sehingga jarang digunakan sebagai bahan baku pembuatan topeng.
Panggal buaya (Zanthoxylum rhetza) tergolong ke dalam bangsa Sapindales dan suku Rutaceae. Pohon ini dapat mencapai tinggi 20 meter dengan batang lurus, kulit bagian luar berwarna coklat dan berduri tajam. Struktur unik seperti duri inilah yang kemudian menyebabkan tumbuhan ini disebut panggal buaya karena duri-duri tersebut mirip dengan duri-duri pada punggung buaya.
Jempinis atau Melia azedarach L. merupakan pohon yang tergolong ke dalam bangsa Sapindales dan suku Meliaceae. Jempinis dapat tumbuh hingga ketinggian 30 meter. Batangnya tegak, lurus, kulit bagian luar berwarna coklat kelabu hitam, beralur sangat dangkal, berlenti sel, dan mengelupas.
Dalam pembuatan ukiran topeng, terdapat beberap sifat kayu yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut.
1)   Warna Kayu
Ada beraneka macam warna kayu antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan sebagainya. Warna suatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor berikut: tempat di dalam batang, umur pohon, dan kelembapan udara.
2)   Tekstur Kayu
Tekstur kayu ialah ukuran relatif sel-sel kayu. Yang dimaksud oleh sel kayu ialah serat-serta kayu. Kayu dapat bertekstur halus, sedang, atau kasar.
3)   Serat
Bagian ini terutama menyangkut sifat kayu, yang menunjukkan arah umum sel-sel kayu di dalam kayu terhadap sumbu batang pohon asal potongan tadi. Arah serat dapat ditentukan oleh arah alur-allur yang terdapat pada permukaan kayu. Kayu dikatakan berserat lurus, jika arah sel-sel kayunya sejajar dengan sumbu batang. Jika arah sel-sel itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang, dikatakan kayu tersebut berserat mencong. Serat mencong terbagi atas serat berpadu yaitu bila batang kayu terdiri dari lapisan-lapisan yang berselang-seling, menyimpang ke kiri kemudian ke kanan terhadap sumbu batang, serat berombak yaitu bila serat-serat kayu yang membentuk gambaran berombak, serat terpilin yaitu bila seratt-serat kayu yang membuat gambaran terpilin-seolah-olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, dan serat diagonal yaitu serat yang terdapat pada potongan kayu.
4)   Figura
Figura merupakan pola kayu yang terdapat pada permukaan kayu. Figura ini sangat menentukan nilai dekoratif kayu. Penyebab timbulnya figura adalah penyebaran zat warna yang tidak rata, arah serat, tekstur, dan pemunculan lingkaran tumbuh yang bersama-sama dalam suatu pola atau bentuk-bentuk tertentu.
5)   Berat Kayu
Berat suatu jenis kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung, dan zat-zat ekstraktif di dalamnya
6)   Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat. Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan kekerasannya, jenis-jenis kayu dapat berupa kayu sangat keras, kayu keras, kayu sedang, dan kayu lunak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar